Aku mengetahui tiap detail jalanku yang selalu sakit – sembuh berulang kali. Berapa banyak kata bijak tertulis agar aku tak jatuh dan terluka lagi. Hingga berapa lama senyum ini melekat dan tawa ini terdengar. Tapi tetap saja tak mampu merubah kenyataan yang ada.
Tiap saat mereka mengulurkan tangan dan mencoba membawaku kedunianya, aku selalu berharap ini menjadi persinggahanku yang terakhir. Aku tak ingin membaca hati yang lain. Hanya saja, mungkin memang jalannya yang seperti itu, dan aku tak berdaya saat kalian mengusir dan melupakanku begitu saja.
Kadang ku berfikir untuk menyudahi ini semua. Aku ingin bersandar selamanya dalam gubuk diatas pohon. Menikmati keharuman matahari yang abadi ditemani kicauan burung yang bersenda gurau bersama keluarga kecilnya. Itu ku lakukan semata-mata karena ku terlalu lelah, dan ku tak ingin membaca cinta lagi.
Tapi lihatlah betapa bodohnya aku, betapa naifnya aku saat kembali memasuki istana hati yang seolah-olah hangat. Walaupun ku tau ini hanya sementara. Keindahan yang hanya diawal tak akan menjadi abadi layaknya pelangi, dan aku akan kembali terpuruk.
Aku, benar aku tak sempurna dan ku bukanlah seorang putri dengan gaun indahnya. Aku hanya seorang gadis yang ingin dipertahankan dan dijaga. Aku pemilik cinta. Cintaku tidaklah semu, hanya sedikit meredup karena kurangnya kepercayaan. Mungkin sedikit kesetiaan akan mengembalikan cahayanya. Aku percaya itu.
Dan kau, yang ada dihadapanku, siapa dirimu? Sebaiknya lepaskan saja tatapanmu, dan pergilah menjauh. Aku tau semua yang kau lakukan tak ada bedanya dengan yang lain, hanya sandiwara kebohongan.
Kini selangkah lagi, ku ingin menentukan letak singgasanaku. Bukan padamu, dirinya, tidak juga engkau yang ada di hadapanku.
No comments:
Post a Comment